0

Status Siaga, Gunung Agung Kembali Aktif Bergejolak

Bencana Gunung Agung Meleteus – Gunung Agung yang Kembali Aktif Bergejolak

Status Siaga Darurat Bencana Gunung Agung

Sejak 27 September 2017, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan status siaga darurat bencana Gunung Agung.

Gunung Agung, merupakan gunung berapi aktif tertinggi di bagian Timur Pulau Bali tepatnya berada di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Ketinggiannya mencapai 3.142 Mdpl dan merupakan gunung berapi paling eksplosif di Indonesia. Setelah 54  tahun sejak Tahun 1963 terakhir terjadi letusan, Gunung Agung kini menunjukkan tanda-tanda aktivitas aktifnya.

Sejak hari Senin 25 September 2017, PVMBG mencatat terjadi 593 kali gempa yang terdiri dari 368 kali gempa vulkanik dalam dan 189 kali gempa vulkanik dangkal serta 36 kali gempa tektonik lokal. Kegiatannya semakin meningkat signifikan seperti yang terekam pada gambar satelit dan seismograf. Beberafa aktivitas aktif yang ditunjukkan oleh Gunung Agung, diantaranya kegiatan magmatik yang cenderung meningkat, munculnya rekahan-rekahan di kawah gunung, munculnya asap sulfatara, dan sebagainya. Meskipun belum dapat dipastikan apakah Gunung ini akan mengalamai erupsi atau tidak, Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) telah memperpanjang masa siaga darurat bencana hingga 16 Oktober mendatang.

Meskipun belum dapat dipastikan apakah Gunung ini akan mengalamai erupsi atau tidak, Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) telah memperpanjang masa siaga darurat bencana hingga 16 Oktober mendatang.

Sejarah Bencana Gunung Agung Meletus

Data sejarah mencatat bahwa Gunung Agung telah mengalami erupsi sebanyak empat kali pada tahun 1808, 1821, 1843 dan 1963. Sumber sejarah tambahan (Lontar Bali) menyebutkan bahwa Gunung Agung pernah pula meletus dahsyat di Tahun 1711. Erupsi Gunung Agung di tahun 1963 pertama kali terjadi di tanggal 18 Februari 1963. Dentuman pertama terjadi disertai semburan batu-batu berbagai ukuran dan semburan asap kehitaman. Dua hari kemudian, Gunung ini melemparkan bola api yang lebih besar, hujan lumpur lebat turun di Besakih dan bangunan banyak yang roboh. Tak berhenti sampai di situ, Hujan lahar di Tukad Daya menimpa beberapa desa. Puncak letusan terjadi pada Tanggal 17 Maret 1963, dan aktivitas nya baru benar-benar berhenti setahun setelahnya. Peristiwa ini menyebabkan jatuh korban sekitar 1.500 orang, 1.700 rumah hancur dan sekitar 225.000 warga kehilangan mata pencaharian.

Bencana Gunung Agung di tahun 1963 pertama kali terjadi di tanggal 18 Februari 1963. Erupsi yang ditandai dengan dentuman pertama terjadi disertai semburan batu-batu berbagai ukuran dan semburan asap kehitaman. Dua hari kemudian, Gunung ini melemparkan bola api yang lebih besar, hujan lumpur lebat turun di Pura Besakih dan bangunan banyak yang roboh. Tak berhenti sampai di situ, hujan lahar di Tukad Daya menimpa beberapa desa. Puncak letusan terjadi pada Tanggal 17 Maret 1963, dan aktivitas nya baru benar-benar berhenti setahun setelahnya. Peristiwa ini menyebabkan jatuhnya korban sekitar 1.500 orang, 1.700 rumah hancur dan sekitar 225.000 warga kehilangan mata pencaharian.

Zona Wisata Masih Aman untuk Dikunjungi

Status darurat bencana Gunung Agung membawa dampak kepada aktivitas industri pariwisata di Pulau Bali. Pembatalan wisatawan mancanegara terjadi cukup signifikan hampir mencapai seribu orang. Tentu saja hal ini sangat berdampak pada penghasilan penyedia jasa akomodasi dan jasa wisata di Bali. Adanya travel advisory/imbauan dari Negara-Negara Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Inggris bukanlah sebuah larangan tetapi imbauan untuk berhati-hati.

Namun demikian, hingga hari ini Pemerintah melalui Menteri Pariwisata dan Budaya menjamin bahwa kunjungan ke Bali masih sangat aman. Terutama dikarenakan obyek-obyek wisata yang lokasinya cukup jauh dari Gunung Agung. Sebagian besar zona pariwisata Bali dan Bandara Internasional Ngurah Rai berada di wilayah Selatan Pulau tersebut, sedangkan Gunung Agung berada di bagian Timur.

Zona wisata berada sekitar 12 km (Zona Merah 9) dari kawah Gunung Agung. Menteri Pariwisata sendiri baru saja mengunjungi Pulau Besakih. Lalu lintas penerbangan masih berjalan normal dan belum ada pembatalan. Pemerintah juga akan mengkomunikasikan update kondisi Gunung Agung kepada masyarakat internasional melalui situs www.indonesia.travel atau Wonderful Indonesia dan Kementerian Pariwisata yang memiliki 19 perwakilan di luar negeri.

Di samping itu, instrumen berbasis teknologi yang dimiliki Lembaga Antariksa Nasional dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terus mengawasi dan mengolah data aktivitas Gunung. Tentu saja mitigasi resiko saat ini jauh lebih baik dibandingkan Tahun 1963.

Berbeda dengan masa itu, informasi terkait aktivitas Gunung Agung tidaklah memadai atau mungkin belum ada sama sekali, sehingga warga tidak bisa segera mengungsi hingga tiba-tiba terjadi letupan eksplosif. Hal ini menyebabkan banyak sekali jatuh korban jiwa, harta dan material.

Berbeda dengan kondisi saat ini, khususnya dengan dukungan teknologi, Lembaga terkait mampu memetakan daerah-daerah yang berpotensi dampak letusan secara akurat. So, Travelers kalau kamu punya rencana berlibur ke Bali jangan ragu ya untuk tetap berkunjung ke Pulau Bali. Ada baiknya untuk tetap update dengan perkembangan kondisi Gunung Agung.

Pengungsi dan Konsep Sister Village Lambang Solidaritas Masyarakat Bali Menanggapi Bencana Gunung Agung

Berdasarkan data BNPB, jumlah pengungsi Gunung Agung per tanggal 5 Oktober 2017 sudah mencapai lebih dari 146 ribuan jiwa yang tersebar di 427 titik pengungsian di sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali.

Peristiwa erupsi di Tahun 1963 menjadi pengalaman dan menimbulkan trauma tersendiri bagi warga sehingga banyak warga secara sukarela dan mandiri mau mengungsi dan menjauh dari zona bahaya. Kondisi ini cukup mempermudah tugas Pemerintah dan Instansi terkait dalam merelokasi masyarakat desa yang terkena dampak bencana Gunung Agung.  Informasi menyebutkan bahwa ada 27 Ddesa yang akan terkena dampak jika Gunung Agung meletus. Namun demikian, jumlah pengungsi tersebut berasal dari 58 desa, termasuk dari daerah-daerah di luar zona merah.

Pemerintah Indonesia dari Tingkat Pusat, Provinsi, Daerah, Aparat Keamanan dan Sektoral bekerja bersama-sama untuk menekan seminimal mungkin dampak negatif dari bencana ini. Konsep “Sister Village” diterapkan oleh Pemerintah Daerah Bali dalam merelokasi pengungsi. Daerah-daerah yang tidak terkena dampak menyediakan tempat penampungan bagi para pengungsi, sehingga mereka tidak harus direlokasi keluar dari Pulau Bali. Bahkan, anak-anak pengungsian bisa dengan mudah ikut bersekolah di lokasi-lokasi pengungsian. Sungguh satu bentuk persaudaraan dan solidaritas tinggi Masyarakat Bali yang bisa menjadi teladan bagi daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Sedangkan untuk warga desa yang berasal dari 51 desa di zona aman, saat ini Pemerintah Daerah sedang memfasilitasi warga untuk kembali ke desa masing-masing. Selain itu, Pemerintah Daerah Bali mulai membuatkan kartu identitas pengungsi untuk mendapatkan validasi jumlah pengungsi.

Mereka Butuh Kepedulian dan Uluran Kasih

Warga yang mengungsi saat ini tentunya banyak yang kehilangan sumber mata pencaharian, khususnya warga desa yang mengandalkan pertanian/perkebunan dan peternakan. Warga terpaksa harus menjual ternak peliharaan di bawah harga normal. Banyak lembaga-lembaga sosial dan kemanusian, lembaga swadaya masyarakat dan korporat menyalurkan bantuan bagi para pengungsi sehingga kebutuhan bagi para pengungsi masih dalam kondisi yang cukup memadai.

Namun demikian, para pengungsi masih harus tetap tinggal di tempat pengungsian hingga beberapa waktu ke depan dan sampai waktu yang belum dapat dipastikan. Kondisi ini tentunya membutuhkan pasokan logistik yang harus memadai dari urusan makanan, minuman, selimut, pakaian, air bersih dan kebutuhan utama lainnya. Untuk kamu para travelers yang ingin ikut ambil bagian membantu para pengungsi bencana Gunung Agung, kamu dapat menyalurkan bantuan tersebut melalui beberapa lembaga resmi berikut ini:

Untuk kamu para travelers yang ingin ikut ambil bagian membantu para pengungsi bencana Gunung Agung, kamu dapat menyalurkan bantuan tersebut melalui beberapa lembaga resmi berikut ini:

  • Bantuan logistik dapat disalurkan langsung ke Posko Utama Satgas Siaga Darurat Gunung Agung berlokasi di Dermaga Cruise Tanah Ampo, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Kamu dapat menghubungi Koordinator Bapak Subandi pada nomor HP 08123920931/08776281935. Bantuan dari masyarakat akan dicatat dan jelas penyalurannya.
  • Palang Merah Indonesia (PMI) melalui dua rekening yaitu Bank Mandiri KCP Jakarta Krakatau Steel # 070-00-0011601-7 atas nama Palang Merah Indonesia dan BCK KCU Thamrin # 206-300668-8 atas nama Kantor Pusat PMI . Penggalangan dana masih dilakukan hingga 26 November 2017. Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi Ria Thahir, Kepala Divisi Kerjasama dan Pengembangan Sumber Daya (HP 0816 1310 911), Arifin M. Hadi Kepala Divisi Penanggulangan Bencana (HP 0812 97777755).
  • Rekening Resmi BPD Bali # 022.02.02.44480 atas nama Peduli Gunung Agung Karangasem

Mari bersama memberi dukungan dalam doa, dana, dan/atau daya. Dan, jangan kuatir untuk tetap melanjutkan rencana liburanmu ke Bali.

Tagged ,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *